Masjid Nabawi

Masjid Nabawi
يا سيدي يا رسول الله يا سيدي يا رسولَ الله - يا من له الجَاهُ عند الله إنّ الْمُسِيْئِيْنَ قدْ جَاءُوك - بالذّنْبِ يَسْتَغْفِرُونَ الله يا سيّد الرُّسْل هَادِيْنـا - هَيـّا بِغَارة إِلَيْنا الآن يا هِِمَّة السّادات الأقْطاَب- مَعَادِن الصِّدْقِ والسِّرّ نَادِ المُهَاجِرصَفِيّ الله -ذاك ابْنُ عيسى أبَا السَّادات ثُمّ المُقَدّم ولِيّ الله - غَوْث الوَرَى قُدْوَة القَادات ثمّ الوَجِيْـه لِديْنِ الله - سَقّافَنا خَارِق الْعَادَات والسّيّد الكامِل الأَوّاب - العَيْدرُوس مَظْهَر القُطْر قُومُوا بِنا واكْشِفُوا عَنّا - يا سَاداتِي هذِه الأَسْوَ وَاحْمواُ مَدِيْنَتْكُم الغَنَّا - مِنْ جُمْلةِ الشَّرّ والْبَلْوَى

Senin, 19 Juli 2010

KOTA PENGHAPAN AL-QURAN

SILUNGKANG NEGERI PENGHAPAL QUR’AN



Oleh Fadhil ZA
Pada akhir abad ke XIX Silungkang dikenal sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Sumatra Barat . Masyarakat disekeliling Silungkang yang berasal Kotobaru, Palangki, Talowi, Toruang toruang, Indudu, Koto Anau, Lunto dan sebagainya berdatangan ke Silungkang untuk menimba Ilmu Agama. Mereka belajar dari Syekh Barau seorang ulama besar di Silungkang pada masa itu yang dibantu oleh 9 orang Syekh murid beliau. Orang yang datang belajar agama Islam dari sekitar Silungkang ketika itu menjuluki Silungkang dengan sebutan serambi Mekah.
Namun sayang sekarpic_07871ang sebutan serambi Mekah itu hanya tinggal kenangan. Sejak penjajahan Jepang dan berlanjutkan dengan revolusi fisik tahun 1948 dan pemberontakan PRRI tahun 1958 masyarakat Silungkang terus didera berbagai kesulitan Ekonomi, sehingga banyak orang Silungkang yang mengadu untung di Rantau. Perhatian masyarakat pada Agama semakin berkurang, jumlah surau yang semula sekitar 40 buah terus meyusut, sampai akhir 2006 tinggal 14 buah,  kader ulama sebagai pengganti ulama yang telah wafat juga tidak ada .
Awal tahun 2007 ketika LAZ-PKS (Lembaga Amil Zakat –Persatuan Keluarga Silungkang) Jakarta mengadakan survey di Silungkang surau yang aktif hanya 14 buah itupun hanya digunakan untuk pengajian anak TPA, sholat berjamah kadang ada kadang tidak. Guru yang mengajar di TPA sebagian besar guru sukarela dengan kemampuan ala kadarnya. Jumlah murid TPA ditiap surau cukup banyak antara 20 – 40 orang , namun sayang TPA tersebut tidak ditangani secara profesional. Sebagian besar pengajar merupakan tenaga sukarela dengan latar belakang pendidikan ber-macam macam dari tamatan SD sampai S1. Honor mereka pun tidak jelas kadang ada kadang tidak , bahkan ada yang mengajar dengan biaya dari kantong sendiri.

Kehidupan beragama dan kondisi ekonomi maysarakat Silungkang ketika itu sangat memprihatinkan. LAZ-PKS bermaksud membangkitkan kembali Ruh Islam yang telah memudar di Negeri Silungkang itu, dimulai dengan pembenahan TPA dan Surau yang ada. Insya Allah dengan merujuk pada surat Al A’raaf ayat 96 :
“ Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Al A’raaf 96)
Kami yakin jika penduduk negeri Silungkang ber-Iman dan bertakwa niscaya Allah akan melimpahkan keberkahan dari langit dan bumi.
LAZ-PKS membentuk suatu sistim manajemen terpadu bagi seluruh TPA yang ada di Silungkang. Diadakan training dan test sertifikasi pada seluruh guru TPA yang ada. Kepada guru TPA juga diberikan honor yang layak sesuai sertifikasi yang mereka dapat. Seluruh TPA juga dilengkapi berbagai buku dan perlengkapan belajar mengajar yang diperlukan. LAZ-PKS juga memberikan bantuan guru untuk mengajar AL-Qur’an pada SMP Muhammadiyah, SMP SDI dan SMA SDI.
Untuk pembinaan moral siswa SMP dan SMA di Silungkang diadakan beberapa kali Mabit di Masjid Raya Silungkang. Disamping itu juga diadakan kegiatan mentoring pendalaman agama Islam sebagai kegiatan ekstra kurikuler pada SMP dan SMA. Pembinaan moral yang dilakukan sejak awal 2009 yang lalu telah nampak hasilnya, tahun 2010 murid SMP SDI berhasil lulus Ujian Nasional (UN) seratus persen, hal tersebut juga sempat mengejutkan Diknas kodya Sawahlunto .
Alhamdulillah semua jerih payah pengurus LAZ-PKS yang ada di Jakarta dan Padang, pada tahun 2010 ini setelah berjalan selama 3 tahun sejak awal tahun 2007 sudah mulai menampakan hasilnya. Pada pertengahan Mei 2010 yapic_0778ng lalu diadakan ujian khatam Al-Qur’an bagi murid TPA Alhamdulillah lebih 100 orang anak TPA berhasil khatam dengan nilai diatas 70. Penulis yang ketika itu ikut menjadi juri terharu melihat kemampuan anak TPA yang bisa khatam dengan nilai rata rata diatas 70 ini , mengingat 3 tahun yang lalu jangankan muridnya , guru TPAnya sendiri banyak yang membaca Qur’an dengan terbata bata. Keberhasilan murid TPA ini menggambarkan juga keberhasilan dari guru TPA, bahwa mutu dan pengetahuan guru TPA di Silungkang juga sudah meningkat dengan baik.
Diharapkan dengan sistim yang sudah berjalan seperti ini tidak ada lagi murid SMP yang buta huruf Qur’an. Pada masa yang akan datang diharapkan rata rata anak anak Silungkang sudah khatam Qur’an pada kelas 4 SD dan ketika masuk SMP mereka sudah hapal beberpa JUZ Al Qur’an . Pada tahun 2008 kami masih menemukan dari 78 murid SMP SDI terdapat 31 murid yang buta huruf Qur’an. Pada masa yang akan datang kami harap tidak ada lagi murid SMP di Silungkang yang buta huruf Qur’an.
Negeri Penghapal Qur’an
Mulai Pertengahan Mei 2010 yang lalu telah dimulai program tahfidz Qur’an bagi anak Silungkang usia 6-12 tahun. Mereka yang khatam Qur’an dengan nilai terbaik pada pada bulan Mei yang lalu diikutkan pada program tahfidz (menghapal) Qur’an yang dibimbing oleh 3 orang Hafidz dan Hafidzah. Ada 3 lokasi tahfidz Qur’an di Silungkang yaitu di Masjid Raya Khusus peserta putri remaja dibimbing ustadzah Khonza, di Surau Manjadda wajadda ( Gang Tonga) kusus putra putri yang belum baligh di bawah bimbingan ustad Ashari dan di Surau Talao juga untuk peserta putra /putri yang belum baligh dibawah bimbingan ustadz Sholeh. Saat ini jumlah total peserta program tahfidz Qur’an di 3 lokasi tersebut sekitar 50 orang.
LAZ-PKS juga mengirim 2 orang putra/putri Silungkang untuk mengikuti pendidikan tahfidz Qur’an 30 JUZ di Jakarta, diharapkan dalam tempo 2 tahun mereka akan menjadi hafidz yang hapal Qur’an 30 Juz dan kembali ke Silungkang untuk mengembangkan ilmunya disana. Mudah2an masa kejayaan Islam di Silungkang seperti masa lalu bisa kita raih kembali, sehingga Silungkang bisa disebut sebagai serambi Mekah kembali.
Ada baiknya juga jika di SMP dan SMA Silungkang diadakan kegiatan ekstra kurikuler program tahfidz Qur’an , sehingga mempelajari qur’an bukan hanya sebatas sampai khatam saja tapi merupakan kegiatan seumur hidup. Untuk SMA SDI mungkin bisa melakukan studi banding ke SMA 1 Padang panjang yang setiap tahun mewisuda siswanya sebagai hafidz Qur’an.
Dampak Ekonomi
Semangat putra putri Silungkang untuk mendalami Al-Qur’an telah memberi dorongan dan motivasi bagi masyarakat Silungkang lainnya untuk mulai memperhatikan kehidupan beragama. Alhamdulillah sebagaimana yang dijanjikan Allah dalam surat Al’Araaf ayat 96 ternyata aktifitas keagamaan ini juga memberi dampak positif pada kegiatan ekonomi. Ada teman yang menanyakan pada saya bagaimana hal itu bisa di jelaskan, saya hanya menjawab wallahu alam , kita hanya percaya pada janji Allah, bagaimana mekanisme dan ncaranya itu adalah rahasia Allah.
Tahun 2006 yang lalu saya duduk termenung melihat pada pasar Silungkang yang sepi disiang hari. Mobil yang liwat di jalan raya hanya 1 , 2 buah itupun kebanyakan truk kelapa sawit. Kalau berjalan keluar masuk kampung suasana juga sepi mencekam. Namun pada pertengahan tahun 2010 ini saya melihat suasana yang lain , pasar sudah terlihat ramai pengunjung, menyeberang dijalan rayapun sulit karena mobil yang liwat tidak pernah putus. Hari Minggu pada hari pasar mobil yang parkir dipasar silungkang sudah sampai kehalaman Masjid raya. Sepanjang jalan Raya Silungkang sudah banyak berdiri lepau nasi tempat singgah pengendara mobil yang liwat. Diberapa tempat juga sudah mulai terdengar suara alat tenun seperti tempo dulu.
Dari pembicaran dengan Ongku guru Fidar pimpinan koperasi Kopinkra di Silungkang didapat informasi anggota koperasi saat ini sekitar 180 , separuhnya adalah pengrajin songket dan separuh lainnya adalah para pedagang kecil diSilungkang . Berkat ketekunan Guru Fidar memimpin koperasi ini beserta kawan kawan alhamdulilah asset koperasi sudah mencapai 1.3 M. Keberadaan koperasi dirasakan sangat menolong bagi para pengrajin dan pedagang kecil di Silungkang.
Di Kebun Jeruk juga sudah berdiri usaha pengrajin tenun dengan mesin sekitar 40 buah, alhamdulillah sampai saat ini juga cukup kewalahan memenuhi permintaan pasar, karena saat ini pemda Sumbar mewajibkan pegawainya memakai kain tenun sebagai seragam.
Ibu Lela anggota DPRD-Sumbar juga menyampaikan mudah mudahan pada tahun 2010 ini pasar silungkang bisa dipasang canopy hingga para pedagang tidak perlu memasang tenda lagi setiap hari pasar (jum’at dan Minggu). Insya Allah dengan meningkatnya kegiatan keagaamaan di Silungkang Allah juga akan melimpahkan keberkatan bagi negeri Silungkang dari langit dan bumi. 



sumber:
http://www.fadhilza.com/2010/07/tadabbur/silungkang-negeri-penghapal-qur%E2%80%99an.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar